Sarilamak adalan sebuah desa kecil yang terletak di Kecamatan Harau
Kabupaten Lima Puluh Kota. Letaknya sekitar 10 km dari Payakumbuh.
(Catatan : Pada saat ini Sari Lamak adalah ibukota Kabupaten 50 Kota)
Konon kabarnya kata “Sarilamak” itu berasal dari sairih dan lamak.. Menurut cerita orang tua-tua, dahulu di desa ini tinggallah seorang anak dan ibunya. Hidup mereka yang pas—pasan tidak membuat mereka putus asa. Anak itu bernama Amat dan ibunya yang biasa dipanggil Nur. Mereka mempertahankan hidup hanya dengan memanfaatkan isi alam.misalnya mereka mengambil hasil-hasil alam yang bisa dimakan.
Pagi yang indah, Aman dan ibunya berniat mencari apa yang akan mereka makan hari ini. Mereka berniat mencari siput di sawah para penduduk desa lainnya yang juga mengerti akan keadaan mereka.
Mereka mencari siput di sawah yang diminta oleh pemiliknya. Karena itu juga membantu si punya sawah terhindar dari seringnya itik ke sawahnya untuk mencari siput. Amat dan ibunya sangat berterima kasih kepada penduduk setempat yang sekali-sekali membantu mereka, baik itu moril maupun materil.
Saat Amat sedang asik mencari, dia melihat seekor binatang yang menyerupai ular. Dia mengambil sebuah ranting, yang awalnya berniat untuk mengusir binatang itu. Tapi setelah dilihatnya lagi binatang itu tidak berusaha melawan ataupun menggigitnya.Amatpun menangkapnya dan memasukkan binatang itu ke keranjang yang telah disediakan untuk meletakkan siput yang telah dia tangkap. Dia segera berlari sambil berteriak memanggil ibunya dengan girangnya yang pada saat itu jauh darinya. Sambil nafasnya yang masih teregah-engah, Amat berkata pada ibunya tentang apa yang telah didapatnya tadi. Ibunya hanya tersenyum melihat anaknya yang sangat senang, seolah mendapat barang berharga.
Nur pun melihat apa yang didapat oleh anaknya, dia sedikit terkejut. Tapi setelah kembali mendengar penjelasan anaknya dan langsung meraba binatang itu. Pikirannya mulai mencerna dan berpikir binatang apa itu, binatang seperti ular dan licin itu hanya berusaha melepaskan diri dari tangannya. Nur memberi tahu anaknya untuk segera pulang, dan berencana memasak dan memakan binatang itu.
Amat sangat senang atas apa yang telah didapatnya hari ini. Dia melihat ibunya, mulai dari cara membersihkan binatang itu sampai cara memasaknya. Setelah masakan itu matang, dia dan ibunya segera mencicipi masakan itu. Setiap kali merasakan daging binatang itu terlontar lah dari mulutnya kata-kata “lamak” (enak). Mendengar perkataan itu tetangganya beramai-ramai datang untuk mencicipinya sambil berkata “mintak sairrih”(minta sepotong). Ternyata setiap tetangganya yang mencicipi makanan itu mengatakan “Lamak”. Lama-kelamaan kata “sairih Lamak” berubah menjadi Sarilamak.Menurut cerita diataslah asal nama Kenagarian Sarilamak.
Konon kabarnya kata “Sarilamak” itu berasal dari sairih dan lamak.. Menurut cerita orang tua-tua, dahulu di desa ini tinggallah seorang anak dan ibunya. Hidup mereka yang pas—pasan tidak membuat mereka putus asa. Anak itu bernama Amat dan ibunya yang biasa dipanggil Nur. Mereka mempertahankan hidup hanya dengan memanfaatkan isi alam.misalnya mereka mengambil hasil-hasil alam yang bisa dimakan.
Pagi yang indah, Aman dan ibunya berniat mencari apa yang akan mereka makan hari ini. Mereka berniat mencari siput di sawah para penduduk desa lainnya yang juga mengerti akan keadaan mereka.
Mereka mencari siput di sawah yang diminta oleh pemiliknya. Karena itu juga membantu si punya sawah terhindar dari seringnya itik ke sawahnya untuk mencari siput. Amat dan ibunya sangat berterima kasih kepada penduduk setempat yang sekali-sekali membantu mereka, baik itu moril maupun materil.
Saat Amat sedang asik mencari, dia melihat seekor binatang yang menyerupai ular. Dia mengambil sebuah ranting, yang awalnya berniat untuk mengusir binatang itu. Tapi setelah dilihatnya lagi binatang itu tidak berusaha melawan ataupun menggigitnya.Amatpun menangkapnya dan memasukkan binatang itu ke keranjang yang telah disediakan untuk meletakkan siput yang telah dia tangkap. Dia segera berlari sambil berteriak memanggil ibunya dengan girangnya yang pada saat itu jauh darinya. Sambil nafasnya yang masih teregah-engah, Amat berkata pada ibunya tentang apa yang telah didapatnya tadi. Ibunya hanya tersenyum melihat anaknya yang sangat senang, seolah mendapat barang berharga.
Nur pun melihat apa yang didapat oleh anaknya, dia sedikit terkejut. Tapi setelah kembali mendengar penjelasan anaknya dan langsung meraba binatang itu. Pikirannya mulai mencerna dan berpikir binatang apa itu, binatang seperti ular dan licin itu hanya berusaha melepaskan diri dari tangannya. Nur memberi tahu anaknya untuk segera pulang, dan berencana memasak dan memakan binatang itu.
Amat sangat senang atas apa yang telah didapatnya hari ini. Dia melihat ibunya, mulai dari cara membersihkan binatang itu sampai cara memasaknya. Setelah masakan itu matang, dia dan ibunya segera mencicipi masakan itu. Setiap kali merasakan daging binatang itu terlontar lah dari mulutnya kata-kata “lamak” (enak). Mendengar perkataan itu tetangganya beramai-ramai datang untuk mencicipinya sambil berkata “mintak sairrih”(minta sepotong). Ternyata setiap tetangganya yang mencicipi makanan itu mengatakan “Lamak”. Lama-kelamaan kata “sairih Lamak” berubah menjadi Sarilamak.Menurut cerita diataslah asal nama Kenagarian Sarilamak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar